Headlines

Misteri

Fauna

Culture


Nyamuk bukan cuma mengganggu, tapi hewan kecil ini juga pembunuh yang berbahaya. Hanya dengan satu gigitan ia bisa menularkan penyakit yang mematikan. Pemberantasan nyamuk juga tidak mudah karena ia mudah berkembang biak.

Karena itu tak mengherankan jika untuk Hari Kesehatan Sedunia 7 April 2014, WHO dan Kementrian Kesehatan mencanangkan upaya pencegahan nyamuk vektor. WHO meluncurkan slogan "gigitan kecil, ancaman besar" (small bite, big threat) untuk mengetuk kesadaran banyak orang akan bahaya nyamuk.

Berikut adalah 10 alasan ilmiah mengapa nyamuk merupakan serangga berbahaya.

1. Nyamuk menyebabkan 40 persen wilayah di dunia beresiko tinggi terkena demam berdarah. Sekitar 50-100 juta orang di dunia menderita demam dengue setiap tahunnya. Meski tidak selalu fatal, tapi penyakit ini merupakan salah satu penyebab kematian anak di Amerika Latin dan Asia.

Penyakit demam berdarah bisa membuat seseorang mengalami perdarahan yang berbahaya. Sayangnya hingga saat ini belum ada pengobatan dan vaksin untuk mencegah penularan penyakit ini.

2. Menyebarkan demam kuning
Demam kuning (yellow fever) diderita sekitar 200.000 orang setiap tahunnya dan membunuh 30.000. Penyakit ini ditularkan akibat gigitan nyamuk dan belum ada obatnya. Setelah beberapa waktu menderita sakit parah, sebagian besar pasien akan pulih tetapi 15 persen di antaranya memasuki fase toksik, yakni perdarahan dan organ-organ gagal berfungsi.

Kasus demam kuning meningkat pesat sejak tahun 1980-an karena penurunan kekebalan tubuh manusia, penggundulan hutan, perubahan iklim, dan peningkatkan perpindahan manusia. Saat ini sudah tersedia vaksin ini dan beberapa negara mewajibkan para pelancong memasuki negaranya setelah disuntik vaksin ini.

3. Demam chikungunya
Gigitan nyamuk juga bisa menyebabkan seseorang menderita demam chikungunya. Kata "chikungunya" berasal dari bahasa Tanzania yang berarti "mengerut", merujuk pada nyeri persendian parah. Manusia hanya memiliki kekebalan sedikit terhadap penyakit ini sehingga nyamuk bisa menyebarkan virus ini dengan cepat.

4. Penyakitnya mudah disebarkan
Setiap orang yang terinfeksi virus akibat gigitan nyamuk bisa membawa virus ini ke negara lain. Pada tahun 2007, seorang pria Italia kembali ke negaranya setelah berlibur ke India. Tanpa disadarinya ia sudah digigit oleh nyamuk yang membawa virus chikungunya. Setelah kembali ke rumah ia mengunjungi sepupunya dan 3 bulan kemudian lebih dari 200 orang terinfeksi penyakit chikungunya.

5. Menyebarkan West Nile Virus
Meski penyakit west nile dibawa oleh burung, tetapi manusia juga bisa tertular, terutama dari nyamuk yang menggigit burung pembawa virus. Kebanyakan orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala, tapi 20 persen mengalami demam disertai sakit kepala, nyeri pada tubuh, persendian, mual, dan diare. Sekitar 1 dari 150 orang bahkan mengalami west nile meningitis yang bisa mematikan.


Kompas/Agus Susanto Pekerja melakukan pengasapan untuk mencegah penyakit demam berdarah dengue

6. Memilih targetnya

Ada sebagian orang yang memang menjadi sasaran gigitan nyamuk. Nyamuk memang tertarik oleh bau bakteri yang hidup di kulit manusia.

7. Menyebabkan cacat permanen
Lymphatic filariasis adalah penyakit tropis yang mulai dilupakan karena sudah jarang. Penyakit ini sebenarnya sudah menginfeksi 120 juta orang dan sepertiga diantaranya mengalami kecacatan.

Nyamuk menyebarkan parasit berukuran sangat kecil pada manusia lalu kemudian menjadi lymphatif perlahan-lahan selama 8 tahun. Parasit ini merusak sistem imun dan ginjal dan bisa menyebabkan bengkak pada tangan, kaki, dan organ genital.

8. Menyebarkan penyakit fatal pada anak
Japanese encephalitis adalah penyakit lain yang disebarkan nyamuk pada manusia. Meski demikian manusia tidak bisa menularkan penyakit ini. Penyakit ini sudah membunuh sekitar 10.000 orang dalam setahun, terutama anak-anak balita. Meski tidak ada obat untuk penyakit ini tapi tersedia vaksin yang efektif.

9. Menyebarkan malaria
Antara tahun 2000 dan 2012 terdapat penurunan kematian akibat malaria sampai 42 persen secara global. Meski begitu, di tahun 2012 saja diperkirakan 627.000 orang meninggal akibat malaria dan jumlah total orang yang terinfeksi penyakit ini mencapai 207 juta.

10. Sulit diberantas
Nyamuk tidak perlu prasyarat banyak untuk hidup. Mereka hanya perlu wadah dan sedikit air untuk berkembang biak. Mereka juga semakin kebal pada insektisida yang biasa kita pakai dan cepat berpindah tempat.

Sumber:

Peneliti University of Utah Amerika Serikat berhasil menemukan spesies dinosaurus baru. Dinosaurus yang mirip dengan ayam ini ditemukan peneliti usai menggali sisa batu lumpur pada pembentukan Hell Creek, di North dan South Dakota.

Sebelumnya, di situs ini telah ditemukan tulang Tyrannosaurus rex (T-rex) dan triceratop (jenis dinosaurus bertanduk tiga yang berbadan besar).

Selama beberapa dekade terakhir, di wilayah situs yang kaya dengan fosil tersebut, ditemukan kerangka bagian hewan. Namun, sampai saat ini belum diakui sebagai genus atau spesies baru dari keluarga dinosaurus.

Fosil-fosil itu sedang disimpan di Carnegie Museum of Natural History, Pittsburgh.

Melansir Guardian, Jumat 21 Maret 2014 dinosaurus yang dinamai Anzu Wyliei dikenal berbahaya dan mengerikan. Sebab, dinosaurus berusia 66 juta tahun lalu memiliki leher yang panjang, ekor panjangnya mencapai bermeter-meter dan cakar yang tajam.

Jika dinosaurus itu berdiri, tinggi pinggulnya mencapai 1,5 meter. Sementara dari paruh ke ekor lebih dari 3 meter. Bobotnya diperkirakan mencapai 300 Kg.

Peneliti memberi nama temuan spesies itu dengan 'ayam dari neraka', yang dipengaruhi dari nama formalnya, Anzu wyliei.

Anzu merupakan nama burung iblis dari mitologi kuno, sedangkan nama Wyliei berasal dari Wylie J Tuttle, putra pendonor yang membantu mendanai penelitian di museum.

Dinosaurus ayam itu termasuk dalam kelompok oviraptorosaurs, hewan purba yang sebagian besar diketahui dari fosil di Asia tengah dan bagian timur. Namun, kuat dugaan fosil dinosaurus ayam ini termasuk oviraptorosaurs Amerika Utara.

Bukan yang Terbesar
Disebutkan Hans-Dieter Sues, seorang kurator paleontologi vertebrata di Smithsonian National Museum of Natural History, selama hampir 100 tahun, bukti kehadiran oviraptorosaurs di Amerika Utara hanya dikenal dari temuan beberapa kerangka dan masih menyimpan misteri.

Namun kata Sues, dengan temuan fosil A Wyliei, misteri makin terkuak. "Kami akhirnya memiliki bukti fosil untuk menunjukkan seperti apa spesies itu dan bagaimana kaitannya dengan dinosaurus lain," ujar dia.

Pemeriksaaan pada fosil menunjukkan bekas luka pada salah satu cakarnya. Peneliti menduga dinosaurus ayam ini mengalami pertarungan atau mendapat serangan dari predator yang lebih besar. Namun ini masih menjadi misteri.

Sejauh ini spesies Anzu bukan merupakan spesies terbesar dalam kelompok oviraptorosaurs. Pada 2005 lalu, ditemukan dinosaurus kategori kelompok tersebut, dinamai Gigantoraptor, tumbuh sekitar 8 meter dan bobotnya lebih dari 1 ton.

Sementara Stephen Brusatte, paleontolog vertebrata di University of Edinburgh menjelaskan Oviraptorosaurs merupakan salah satu kelompok dinosaurus yang paling aneh dari dinosaurus yang pernah hidup.

"Melihat hewan-hewan ini, sulit percaya bahwa mereka adalah nyata. Mereka memiliki puncak besar pada tengkorak mereka, memiliki paruh, tidak ada gigi dan sangat mirip tengkorak burung," ujar Brusatte.

Temuan spesies Anzu, kata dia semakin menambah pengetahuan baru seputar fosil oviraptorosaurus di Amerika Utara dan kelompok ini diduga hidup dengan cara tak biasa.

"Anzu akan hidup bersama dengan T rex dan percaya atau tidak, T rex merupakan sepupu dekat Anzu. Tapi Anzu adalah jenis yang sama sekali berbeda dari dinosaurus," katanya.

Sumber:

Satu lagi keanekaragaman laut di perairan Indonesia ditemukan. Kali ini, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan spesies baru ikan pari unik, tubuhnya memiliki titik-titik seperti pola pada macan tutul. 

Karena keunikannya itu, spesies baru ikan pari itu dinamakan ikan pari tutul kecil (Himantura tutul). Dalam bahasa Inggris, ikan ini disebut Fine-spotted whipray. 

Adalah Irma Shita Arlyza, peneliti molekuler ikan pari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI yang menemukan ikan pari unik itu. Temuan itu menambah tiga kerabatnya yakni Himantura leoparda, Himantura uarnak, dan Himantura undulata. 

Saat ditemui di kantor LIPI, Jakarta, Kamis 3 April 2014, Irma mengungkapkan ikan pari tutul itu ditemukan pada empat lokasi berbeda yaitu Laut Jawa, kawasan perairan Singaraja Bali Utara, kawasan perairan selatan Jawa dan Selat Sunda.

Proses pengumpulan sampel ikan pari yang dilakukan di empat lokasi itu berlangsung dari 2006 hingga 2008.

"Setelah itu, kemudian dianalisis dengan pendekatan molekuler dengan mengurutkan DNA, dan kemudian baru diputuskan sebagai spesies baru pada 2012," kata dia.

Dia menjelaskan, keunikan pola titik pada ikan pari tutul berbeda dengan kerabat lainnya. Jika Himantura lain memiliki pola titik segi empat, segi lima beraturan layaknya sarang lebah, namun ikan pari tutul kecil ini memiliki pola tutul yang tak beraturan. 

Meski temuan ini cukup menggembirakan dalam hal keanekaragaman hewan laut, Irma memperingatkan potensi hilangnya spesies ini. Para nelayan di berbagai tempat telah lama mengetahui ikan pari memiliki nilai komoditas. Misalnya, kulitnya dimanfaatkan sebagai tas atau dompet, dan dagingnya dikonsumsi. 

Ia menyarankan agar pemerintah mulai membatasi eksploitasi dan memberikan alternatif perlakuan pada ikan ini, misalnya dilestarikan untuk pariwisata mengingat pola titiknya yang unik.  

"Kenapa perlu dibatasi? Sebab, saat ini produk ikan pari makin berkurang, jika terus dieskploitasi, dikhawatirkan spesies ini akan hilang," ujar dia. 

Irma kemudian mengajukan data statistik ekspor perikanan. Untuk komoditas ikan pari makin berkurang dari tahun ke tahun. "Ikan pari termasuk 10 komoditas besar perikanan kita," ujarnya. 

Namun, ia mengakui, nilai komoditas pada ikan pari memang sudah menjadi incaran nelayan. Untuk itu, selain pembatasan, menurut Irma, sah-sah saja nelayan mengambil ikan pari, meski ia menyarankan untuk mengambil jenis yang sudah melewati masa matang.

"Ikan pari punya masa matang reproduksi 5-10 tahun, ya ambil saja yang sudah melewati itu, karena masa usia ikan pari itu 25 tahun," kata dia. (art)

Sumber:

Enam spesies baru semut pengisap darah ditemukan di Madagaskar, demikian dilaporkan jurnal ZooKeys edisi 31 Maret seperti dikutip LiveScience. Serangga yang disebut “Semut Dracula” itu tampaknya menyimpang dari semua aturan yang sebelumnya dipercaya oleh para ilmuwan tentang semut.
“Genus Mystrium adalah salah satu kelompok paling misterius dalam kelompok semut drakula,” jelas Masashi Yoshimura, dari California Academy of Science, yang terlibat dalam penelitian tersebut.
Mystrium sangat sukar untuk diidentifikasi karena banyaknya variasi di dalam setiap spesies,” imbuh dia. Dari enam spesies baru itu, tiga di antaranya adalah Mystrium labyrinth, Mystrium mirror, dan Mystrium shadow.
Semut drakula – dinamai demikian karena mereka mengisap darah semut lebih muda dalam proses yang disebut “kanibalisme nondestruktif” – pertama kali ditemukan di sepotong kayu lapuk di Madagaskar, sepuluh tahun silam. Tetapi selama bertahun-tahun mereka berhasil membuat para ilmuwan yang menelitinya bingung.
“Peran dari seekor semut dalam sebuah koloni tidak bisa ditentukan dari penampilannya. Semut yang kelihatan mirip, bisa menjadi semut pekerja di satu spesies, tetapi di spesies lain bisa menjadi ratu,” beber Brian Fisher, pakar serangga dari California Academy of Science, yang juga terlibat dalam riset itu.
Tetapi setelah mengumpulkan dan meneliti ribuan semut di Madagaskar selama dua dekade, Yoshimura dan Fisher menemukan sebuah metode untuk membedakan spesies-spesies baru itu.
Hasilnya ditemukan bahwa semut-semut itu awalnya bisa tumbuh sebagai semut jantan, ratu besar, atau pekerja utama. Setelah itu semut pekerja biasanya bereproduksi atau bahkan berubah menjadi ratu dalam koloni.
Para peneliti mengatakan untuk memahami semut-semut itu diperlukan pengetahuan tentang bentuk asal semut itu, bukan perannya dalam koloni. Untuk menggolongkannya juga harus memahami gaya reproduksi mereka.

Sumber:

Sejumlah astronom untuk pertama kalinya berhasil menemukan sebuah asteroid bercincin di tata surya kita. Chariklo, nama asteroid itu, mirip dengan Planet Saturnus, karena dikelilingi benda-benda langit lain yang menyerupai cincin.

Chariklo berjarak lebih dari 1 juta kilometer dari Bumi dan mengorbiti lintasan di antara Saturnus dan Uranus.

Pada Juni 2013 para astronom menggunakan tujuh teleskop yang terletak di Chile, Brasil, Uruguay, dan Argentina meneliti mengamati asteroid tersebut dan menemukan bahwa Chariklo dikelilingi oleh setidaknya dua cincin.

Sebelumnya hanya planet Saturnus, Yupiter, Uranus, dan Neptunus yang diketahui mempunyai cincin seperti itu.

“Kami sebenarnya tidak mencari cincin dan tidak mengira ada benda langit sekecil itu mempunyai cincin,” kata Felipe Braga-Ribas, astronom dari Observatorium Nasional Brasil, yang memimpin penelitian itu.

Cincin Chariklo bagian dalam lebarnya sekitar 6,9 km, sementara cincin bagian luar punya lebar sekitar 3,05 km. Kedunya berjarak sekitar 9 km.

Asal cincin tersebut belum diketahui, tetapi para astronom menduga bahwa cincin itu terbentuk dari pecahan benda langit lain yang bertabrakan dengan Chariklo.

Temuan itu dipublikasikan di jurnal Nature edisi pekan lalu.

Sumber:
Tujuh planet di Bima Sakti tata surya kita bisa berpotensi untuk memiliki kehidupan, peneliti dari sebuah proyek ambisius untuk membuat katalog semua dunia lain yang bisa dihuni selain bumi.


Katalog exoplanets huni (HEC) merayakan ulang tahun pertamanya dengan pengumuman bahwa mereka telah memiliki data melebihi harapan dalam mencari Bumi yang baru. Pemimpin peneliti Abel Mendez, direktur dari University of Puerto Rico di Laboratorium Habitability Planetary Arecibo, mengatakan tim berharap untuk menambahkan mungkin satu atau dua planet di tahun pertama proyek ini berjalan.

"Ada siaran pers yang mengumumkan penemuan planet yang  layak huni ... dan yang membingungkan, "kata Profesor Mendez SPACE.com. "Jadi memiliki katalog bahwa setiap orang dapat memeriksa apa yang tersedia sekarang berguna untuk masa yang akan datang."
Dengan para ilmuwan memperbaiki teknik mereka untuk menemukan planet di luar tata surya, laju penemuan ini sangat meningkat, ia menambahkan.  Akurasi instrumen Radial Velocity Planet Searcher Tinggi (HARPS) di Chili dan Teleskop Kepler mengorbit di angkasa adalah dua dari alat peneliti yang membantu menemukan exoplanets baru setiap bulan.

POTENSI BUMI BARU YANG DITEMUKAN
• Gliese 581d
• HD 85512b
• Kepler 22b
• Gliese 667Cc
• Gliese 581g
• Gliese 163c
• HD 40307g

Tim Profesor Mendez di Laboratorium Habitability Planetary meluncurkan HEC pada bulan Desember tahun lalu. Ia disusun dari kebutuhan untuk mengukur kesesuaian untuk kehidupan dunia ini muncul. Ada hampir 80 exoplanets dikonfirmasi dengan ukuran mirip dengan Bumi namun hanya sedikit yang memiliki jarak yang tepat dari bintang untuk mendukung air cair di permukaan, para peneliti ini mengatakan.

Katalog menggunakan penilaian kelayakhunian seperti Indeks Kesamaan Bumi (ESI), yang Jarak Zona layak huni (HZD), yang Habitability Primer Global (GPH), sistem klasifikasi, dan perbandingan dengan bumi masa lalu dan kini. Namun klasifikasi planet ekstrasurya menggunakan terran bukan 'ukuran Bumi' untuk menghindari perbandingan yang ketat dengan Bumi karena banyak dari dunia ini mungkin memiliki beberapa kesamaan fisik dengan bumi, tetapi tidak mungkin diperlukan semestinyalah mirip Bumi.

Tujuh eksoplanet berpotensi dihuni ini sekarang terdaftar oleh HEC, termasuk 581g Gliese disengketakan, ditambah beberapa lebih dari 27 kandidat NASA Kepler menunggu konfirmasi. Tetapi organisasi ini memperingatkan bahwa sementara ini adalah obyek yang menarik untuk pengamatan astronomi lebih lanjut, tidak ada jaminan pada habitability atau bahkan adanya banyak dari planet.

Ini akan memakan waktu untuk pengamatan baru, dan lebih ruang observatorium untuk memverifikasi dan ciri obyek, tim HEC kata. HEC diluncurkan, 5 Desember 2011, pada hari yang sama bahwa tim NASA Kepler mengumumkan penemuan Kepler 22b selama Konferensi Sains Kepler Pertama di NASA Ames, California.

THE SEARCH FOR ANOTHER BUMI
Planet-planet ekstrasurya pertama dikonfirmasi, atau exoplanets, ditemukan dari Observatorium Arecibo 20 tahun yang lalu, pada tahun 1992. Ini adalah planet yang ekstrim di sekitar pulsar PSR B1257 +12-. Pada tahun 1995 planet 51 Pegasi b ditemukan di sekitar bintang seperti Matahari lebih khas.

Hari ini para ilmuwan tahu hampir 900 exoplanets dikonfirmasi dengan lebih dari 2.500 masih menunggu konfirmasi. Namun hanya beberapa dari mereka mungkin menjadi kandidat untuk kehidupan seperti yang kita kenal. Ini dimulai dengan hanya dua planet, Gliese 581d dan HD 85512b. Kemudian, Kepler 22b, Gliese 667Cc, Gliese 581g, Gliese 163c, dan HD 40307g ditambahkan, dalam urutan kronologis.

Semua eksoplanet yang superterrans, alias Super Bumi, dan cukup besar dari bumi, tetapi masih dianggap berpotensi dihuni. Para ilmuwan belum menemukan analog Bumi benar. HEC sekarang menjadi program komputer yang sangat kompleks yang menggabungkan data dari database exoplanet, seperti Encyclopedia Planet ekstrasurya dan NASA Arsip Exoplanet, ditambah banyak pembaruan dari kelompok penelitian lain.

Ini menerima sebagian data penemuan yang relevan baru langsung dari tim peneliti, yang kemudian dianalisis dan ditambahkan ke katalog pada saat pengumuman publik mereka. Di tahun mendatang, HEC akan diperluas dengan model baru dan analisis, yang diharapkan dapat mempengaruhi banyak benda yang terdaftar dan menawarkan visualisasi baru dan penilaian kelayakhunian.

Namun, dampak terbesar akan datang bukan dari perubahan dalam matematika HEC, tetapi dari penemuan-penemuan baru, tim mengatakan. "Sebuah analog Earth benar atau exomoon berpotensi dihuni akan penemuan besar," kata mereka. "Tentu saja, ini adalah waktu yang tepat untuk mulai memetakan alam semesta dihuni sekitar kita."


Sebuah kolase gambar yang dihasilkan komputer untuk merayakan tahun pertama Katalog exoplanets dihuni Laboratorium Habitability Planetary itu. Bumi adalah di bagian kanan atas


Bagaimana matahari terbenam mungkin terlihat pada empat dari dunia baru yang ditemukan, dibandingkan dengan Bumi di paling kiri, menurut data yang dikumpulkan oleh proyek HEC. Gambar mengoreksi ukuran, warna, dan kecerahan bintang dan langit seperti yang terlihat dari dunia mirip Bumi. Ukuran dan warna bintang Kepler-22b terlihat mirip dengan Bumi karena mengorbit sebuah bintang mirip Matahari. Matahari terbenam dari Gliese 581d 667Cc dan terlihat jauh lebih merah karena mereka mengorbit bintang katai merah, dengan langit Gliese 581d lebih gelap karena jarak yang lebih besar. Bintang HD 85512b adalah terang dari semua kasus meskipun bintang Gliese 667Cc adalah yang terbesar


Inovasi mobil bertenaga angin buatan dr Helmy Djafar asal Surabaya mencuri perhatian pengunjung pameran otomotif Surabaya. Faton Nurdiansyah, mahasiswa Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya, mengaku takjub dengan inovasi tersebut.

"Ternyata beneran bisa jalan," kata Faton, yang merekam test drive mobil tersebut.

Bersama empat orang temannya, Faton sengaja ingin menyaksikan langsung mobil angin tersebut. Mobil dengan bahan bakar udara ini menjadi salah satu peserta Pameran Otomotif Surabaya di Grand City Surabaya, 27 November-1 Desember 2013. Bentuk dan namanya yang unik mengundang rasa penasaran banyak orang. 

Berbeda dengan mobil lainnya yang berjejer mewah di area pameran, mobil ciptaan Helmy itu memang terlihat berbeda. Mobil itu dibentuk layaknya helicak. Sebuah tabung udara berukuran 6 meter kubik itu menghiasi bagian belakang mobil.

Tapi kali ini mobil yang semula terbuka di bagian belakang sudah tertutup dengan pelindung berbahan fiberglass. "Seperti belalang terbang," ujar anggota tim mobil udara, Adang Mansur. 

Helmy mengatakan, sejak pameran mulai dibuka pukul 10.00 WIB, mobilnya terus-menerus dikunjungi. Banyak pengunjung yang penasaran dan tidak berhenti bertanya bagaimana udara bisa menggerakkan sebuah mobil. "Sampai siang ini, sudah ada ratusan. Mereka antusias menanyakan tentang mobil ini," ujar Helmy. 

Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2013/11/28/061533113/Dokter-Surabaya-Ciptakan-Mobil-Bertenaga-Angin

 Para ilmuwan sebelumnya memperkirakan evolusi kecoa dari marga Ectobius pertama kali berawal di Eropa dan Afrika. Dari penelitian usia fosil, kecoa ini diketehui sudah berkeliaran di dua wilayah itu sejak 44 juta tahun lalu. Namun penemuan fosil kecoa Ectobius di wilayah Colorado, Amerika Serikat, berusia 49 juta tahun mementahkan prediksi asal serangga itu.

Kecoa Ectobius adalah serangga yang jamak ditemui di berbagai tempat di Eropa dan Afrika. Tubuh mereka berwarna cokelat dengan panjang sekitar 6-12 milimeter. Ukuran mereka jauh lebih kecil ketimbang kecoa Amerika (Periplaneta americana) yang bisa tumbuh hingga 4 sentimeter dan menjadi hama di wilayah perkotaan.

Ada empat fosil kecoa purba Ectobius ditemukan di Colorado, yang dipelajari peneliti dari Slovak Academy of Sciences. Fosil mereka ditemukan dalam sedimen bebatuan yang berasal dari era Eocene--masa ketika kondisi geologi bumi masih hangat dan lembap.

Kecoa ini diketahui punah tanpa sebab yang jelas. Namun, setidaknya empat kecoa purba tersebut berhasil menemukan jalan mereka menjelajah wilayah Amerika Serikat dan Kanada. (Baca: Kerangka Dinosaurus Langka Terjual Rp 7,8 Miliar)

"Empat kecoa ini awalnya diduga merupakan spesies Ectobius perdana yang pernah hidup di wilayah Amerika Utara," kata Conrad Labandeira dari Smithsonian Institution's National Museum of Natural History, seperti ditulis Livescience, 6 Januari 2014. "Namun, penemuan di Colorado membuktikan kerabat mereka sudah ada di sana sejak 50 juta tahun lalu."

Tiga dari empat kecoa purba itu sulit dipelajari karena kondisi fosil mereka sangat buruk. Fosil terbaik diberi nama Ectobius kohlsi, berdasarkan nama kolektor fosil David Kohls yang berperan besar di penelitian ini. Dia juga yang memberikan 150 ribu fosil serangga kepada Departemen Paleobiologi di Museum Institut Smithsonian.

Para peneliti menganalisis 21 spesimen fosil kecoa Ectobius kohlsi. Mereka memasukkan kecoa itu dalam marga Ectobius berdasarkan ciri warna dan pola pembuluh darah di sayap.

Dalam laporan yang dimuat di jurnal Annals of the Entomological Society of America, kecoaEctobius kohlsi adalah spesies terkecil dari empat spesies purba yang ditemukan. Panjang tubuhnya sekitar 1 sentimeter dan lebarnya 3 milimeter.


Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2014/01/07/095542982/Fosil-Kecoa-Ini-Berumur-49-Juta-Tahun