Desa di Ini, Potong Pohon Akan didenda Satu Ekor Kambing
Posted by: Unknown Posted date: Tuesday, December 31, 2013 / comment : 0
Dalam kondisi seperti ini, pranata sosial masyarakat sangat penting
dalam menjaga kondisi hutan yang sudah mulai terancam. Seperti halnya,
kampung adat di Dusun Beleq, Desa Gumantar, Kayangan, Lombok Utara.
Masyarakat di kampung ini memiliki kearifan lokal untuk menjaga
kelestarian alam. Mereka memiliki aturan-aturan adat yang melarang warga
menebang pohon di hutan adat milik komunitas mereka.
"Kami punya awik-awik (Peraturan Adat), bagi warga yang memotong
pohon di hutan adat akan dihukum secara adat," kata Raden Jumedal, Tokoh
Adat setempat dalam perbincangan dengan VIVAnews beberapa waktu lalu.
Di kampung adat Beleg ini hanya terdapat 90 kepala keluarga yang
tinggal. Komplek adat tersebut terdapat 36 rumah yang masih sangat
tradisional. Rumah-rumah mereka bertiang kayu dengan dinding gedeg dan
beratapkan lontar. Komunitas adat ini masih menjaga kelestarian rumah
mereka. Tidak memiliki listrik, bila malam tiba, rumah mereka hanya
diterangi cahaya obor.
200 meter dari kampung itu, terdapat hutan adat seluas 7,5 hektar.
Hutan ini hanya dijaga dengan aturan-aturan adat, agar tidak ditebangi
pohonnya oleh warga. Untuk kebutuhan hidupnya, mereka bertani, ladang
jagung, jambu mete, coklat dan lainnya.
Ia menjelaskan, jika ada warga yang menebang pohon akan ditangkap
dan disidang di majelis adat. Kemudian dihukum sesuai pelanggaran yang
dilakukan oleh tersangka. Mulai dari hukuman berat, sedang dan ringan.
"Hukuman ringannya didenda seekor kambing, seekor ayam dan satu
kuintal beras. Denda itu untuk warga kampung, dimakan beramai-ramai,"
terangnya.
Komunitas yang mayoritas muslim itu, juga memiliki tempat sakral
disebut Pegalan. Tempat ini juga terbuat dari kayu dan beratapkan daun
lontar, digunakan untuk berdoa berjamaah meminta kepada yang Maha Kuasa
agar dijauhi dari bencana.
"Kalau hujan deras berhari-hari yang menyebabkan banjir dan
longsor, kami berdoa di sini dengan semua warga. Supaya pertanian tidak
rusak," tuturnya.
Selain itu, untuk menjaga keselarasan dengan alam, setiap
peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, mereka mengeluarkan benda pusaka
warisan nenek moyangnya. Pusaka itu berupa sejumlah gamelan dan sebuah
Gong, kemudian dibawa ke hutan adat untuk dibersihkan menggunakan air
sumur. Setelah itu mereka memainkan gamelan dan gong mulai malam hingga
esok paginya.
Sumber:
About Unknown
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Popular Posts
-
Dubai selalu ingin mencetak rekor dunia dengan berbagai hal yang bisa mereka buat dan seolah-olah uang pemerintah kota ini tidak pernah hab...
-
sosial wars adalah producsi game yang berasal dari sosial point yang banyak di gemari oleh para gemmers di dalam sosial wars ada yang...
-
sosial empires adalah producsi game yang berasal dari sosial point yang banyak di gemari oleh para gemmers di dalam sosial empires ada ya...
-
1. Nasi membantu mendongkrak mood. Karbo mendukung produksi serotonin, senyawa kimia dalam otak yang menimbulkan perasaan senang. St...
-
Malu kini sedang menyelimuti pasangan Aim (17) dan pacarnya Ns (16). Keduanya digelandang warga saat ketahuan sedang berbuat mesum di ka...
-
Penis sejak zaman dulu dipercaya menjadi lambang kesuburan, keperkasaan, dan kekuasaan. Apalah arti seorang lelaki tanpa penis. Bahkan hin...
-
Tahukah Anda roti tawar-berlapis sayuran dan daging atau telur yang popular disebut sandwich? Mungkin sebagian pasti pernah merasakannya....
No comments: